search

Minggu, 25 Januari 2015

Limbah Industri Textile




Kali ini saya akan membahas tentang permaslahan-permasalahan yang ditimubulkan oleh industri terhadap lingkungan sekitar, dan saya pada topik kali ini lebih fokus membahas dampak yang ditimbulkan industri textile terhadap lingkungan disekitarnya. Pada zaman yang modern ini pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia. Dari usia bayi hingga lanjut usia manusia memerlukan pakaian. Seiring dengan berkembangnya zaman fungsi pakaian pun berubah yang tadinya hanya sekedar untuk menutupi tubuh dari segala cuaca seperti panas dan juga dingin, sekarang pakaian beralih fungsi menjadi kebutuhan style dan mode bagi masyarakat. Sejalan dengan perubahan fungsi pakaian tersebut industri tekstil pun mulai berkembang, sehingga di Indonesia industri ini mulai banyak. Dari yang berskala kecil atau home industri sampai ke skala yang besar yang mempunyai pabrik yang besar, mesin yang canggih, dan mempekerjakan hingga ribuan karyawan. 

Di tengah gelombang impor tekstil dari China dan lesunya pasar ekspor ke Amerika dan Eropa serta beberapa kendala yang dihadapi di dalam negeri, industri tekstil nasional tahun ini diprediksi masih bisa tumbuh sekitar 4%. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkap data Badan Pusat Statistik (EPS) menunjukkan produksi tekstil mengalami penurunan hingga 17,86% pada kuartal I tahun ini.
Lebih jauh lagi Ade memproyeksikan pada kuartal II penurunan akan ditekan hingga 11% dan sampai akhir tahun bisa ditekan hingga 5% - 8%. "Secara keseluruhan pertumbuhan industri tekstil tetap menunjukkan pertumbuhan positif meski hanya 4%. Salah satu dampak positif dari pertumbuhan industri textile ini adalah dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Namun disamping dampak positife yang ditimbulkan dari industri textile ini, pemilik pabrik textile ini juga harus sadar bahwa usahanya bisa menimbulkan dampak negative pula yang bisa merugikan banyak pihak, seperti kerusakan lingkungan tetapi dampak negative yang merugikan ini hanya muncul jika pemilik usaha tidak meematuhi peraturan yang telah pemerintah tetapkan tentang perizinan mendirikan usaha, karna disitu akan ada AMDAL, apakah industri textile itu layak untuk didirikan. 
Agar limbah dari industri textile ini tidak mencemari lingkungan hidup maka diperlukan penanganan yangtepat salah satunya dengan Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Sistem Lumpur Aktif.

 Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume Lumpur (Sludge Volume Index = SVI) dan Stirred Sludge Volume Index (SSVI).
           Perbedaan antara dua indeks tersebut tergantung dari bentuk flok, yang diwakili oleh faktor bentuk (Shape Factor = S). Sistem pengolah lumpur aktif baik untuk domestik maupun industri mengandung 1-5% padatan total dan 95-99% bulk water (liqour ?). Pembuangan kelebihan lumpur dilakukan dengan mengurangi volume lumpur melalui proses pengepresan (dewatering). Konsentrasi besi yang tinggi konsentrasi besi yang tinggi, 70-90% dalam bentuk Fe (III), ditemukan dalam lumpur aktif. akumulasi besi dapat berasal dari influent air limbah atau melalui penambahan FeSO4 yang digunakan untuk menghilangkan fosfor. Sebagai contoh pengolahan limbah sistem lumpur aktif adalah Unit Pengelolaan Air Limbah PT. UNITEX. Unit ini mampu mengolah limbah lebih dari 200 m2 per hari. Proses pengelolaan terbagi atas tiga tahap pemrosesan, yaitu : 1. Proses Primer, meliputi penyaringan kasar, penghilangan warna, equalisasi, penyaringan halus, pendinginan, 2. Proses Sekunder, biologi dan sedimentasi dan 3. Proses Tersier, tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia.
           Sistem yang digunakan dalam PAL PT. Unitex merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia dan biologi. Yang paling berperan dalam hal pengurangan bahan-bahan pencemar adalah proses biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif dengan extented aeratio. Selain limbah cair, terdapat juga limbah padat berupa lumpur yang merupakan hasil samping dari sistem pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan coneblock dan batako press serta pupuk organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT. Unitex dalam memanfaatkan kembali limbah padat.

referensi:

http://www.kemenperin.go.id/artikel/6199/Industri-Tekstil-Diprediksi-Tumbuh-4
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/tekstil.html
http://statik.tempo.co/data/2012/12/05/id_154633/154633_620.jpg (image)

0 komentar:

Posting Komentar