search

Kamis, 13 Juli 2017

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER AIR PANAS DI BLAWAN BONDOWOSO SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF BERBASIS TEC (THERMOELECTRIC COOLER) (REVIEW)

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER AIR PANAS DI BLAWAN BONDOWOSO SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF BERBASIS TEC (THERMOELECTRIC COOLER)


Universitas Gunadarma

Abstrak


Potensi energi di Indonesia besar, salah satunya adalah potensi energi yang terbarukan yaitu energi geotermal yang berupa sumber air panas. Banyak daerah di Indonesia yang mempunyai potensi sumber air panas yang bagus, salah satu daerah di Indonesia yang memiliki pemanfaatan sumber air panas yang kemudian bisa diubah menjadi pembangkit listrik berada di daerah Blawan Bondowoso. Penelitian ini, TEC digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas / TEG (thermoelectric generator)  yang memanfaatkan efek dari Seebeck. Dalam penelitian ini menggunakan 9 buah TEC berdimensi 4x4cm dengan terangkai seri, bahan berupa Bi2Te3 (Bismuth telluride) sebagai alat bantu dalam pengambilan data. Blawan memiliki Sumber air panas dengan temperature  45-49,5
°C. Pengambilan data dilaksanakan dalam waktu 3 hari yaitu. VTEG tertinggi didapatkan pada hari ke-2 yaitu sebesar 4,506 V pada pukul 9:00 WIB dan VTEG terendah yang didapatkan terdapat pada hari ke-1 sebesar 2,001 V pada pukul 13:30 WIB. Besar arus berbeda-beda pada angka 0,04 A dan 0,03 A, namun rata-rata stabil pada 0,03A. Pada tiga hari penelitian daya tertinggi yang didapatkan sebesar 0,48 Watt, dan daya terendah yaitu sebesar 0,07962 Watt.

Kata Kunci — TEC, TEG, efek seebeck.

I.          PENDAHULUAN
Seiiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan akan energi listrik di dunia semakin meningkat pada masa sekarang ini, kebutuhan akan energy listrik ini juga dirasakan oleh Negara kita Indonesia. Konsumsi energy listrik yang meningkat disebabkan karena semakin banyaknya perangkat elektronik yang dalam pengopersaiannya menggunakan listrik untuk suplai dayanya, perangkat elektronik yang digunakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, serta konsumsi listrik pada segmen industri yang juga turut meningkat sekitar dua kali dari pertumbuhan jumlah pelanggannya, menunjukkan bahwa Indonesia mulai menjadi tempat yang bagus untuk bertumbuhnya industri skala besar. Peningkatan kebutuhan listrik ini belum diimbangi dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang ada, sehingga kondisi pemadaman listrik tidak jarang ditemui terjadi di kawasan pemukiman setempat[1].
Wilayah indonesia yang secara geografis dikelilingi banyak gunung berapi dan lapisan batuan bumi yang bervariatif jenisnya, memiliki potensi geotermal yang banyak tersebar. Selain pemanfaatan geotermal secara langsung untuk pembangkit listrik, panas yang dihasilkan dari dalam bumi juga dapat menciptakan sumber air panas yang merupakan hasil proses pemanasan air dalam tanah secara geotermal akibat terbentuknya celah di dalam lapisan batuan bumi.
Panas dan temperatur yang dihasilkan tergantung dari kedalaman sumber geotermal ini [2][3]. Sumber air panas dapat terjadi akibat pemanasan air dalam tanah karena aktivitas vulkanik di suatu gunung berapi yang aktif. Melihat potensi energi panas yang dimiliki oleh sumber air panas yakni sifatnya yang termasuk energi terbarukan, dan keberadaan sumber air panas yang tidak sedikit di Indonesia.


Dalam Penelitian ini, yang akan dibahas berjudul Pemanfaatan Potensi Sumber Air Panas di Blawan Bondowoso Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berbasis TEC [3][4]. Pada penelitian ini, TEC digunakan sebagai  pembangkit listrik tenaga panas / thermoelectric generator (TEG). Dengan memanfaatkan potensi energi yang dimiliki oleh sumber air panas di daerah Blawan Bondowoso, lebih lanjut dengan mempertimbangkan hasil survei di lapangan, bukan tidak mungkin pembangkit listrik tenaga air panas akan dapat menjadi alternatif energi terbarukan yang baru [5][6]. Ketika terjadi perbedaan panas yang signifikan di antara kedua sisinya, perbedaan tegangan akan tercipta di antara kedua sisi komponen ini. Penggunaan TEC sebagai pembangkit energi alternatif akan lebih ekonomis dari segi investasi awal dibandingkan dengan pembangkit lain seperti halnya panel surya.


II.        METODE PENELITIAN

 Tahapan Penelitian
Demi mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, dalam penelitian yang akan dilakukan terdapat serangkaian tahap yang harus dilewati. Tahap-tahap dalam penelitian ini:
1.         Tahap studi literatur
Pada tahap ini membantu dalam mendapatkan referensi penelitian dengan topik pembahasan yang sama, sebagai acuan untuk penelitian yang hendak dilakukan, serta tolak ukur validitas hasil penelitian yang diperoleh nantinya.
2.         Tahap survei kondisi lokasi penelitian
Survei memiliki peran pada penentuan wilayah cakupan penelitian serta batasan hal-hal yang masuk dalam penelitian. Hasil survei juga dapat menjadi bekal untuk menyiapkan antisipasi kebutuhan penelitian bilamana dimungkinkan terjadi gangguan (error) saat dilakukan pengambilan data di lokasi penelitian.
3.         Tahap desain & perencanaan komponen purwarupa pembangkit listrik tenaga air panas yang berbasis Thermoelectric Cooler (TEC)
Tahap desain dan perencanaan purwarupa ini ditujukan sebagai alat bantu pengambilan data potensi yang disesuaikan dengan kondisi di lokasi penelitian. Sebab dengan menggunakan komponen termoelektrik sebenarnya di lokasi penelitian diharapkan data yang diperoleh lebih akurat sesuai kondisi di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Panas atau TEG.
4.         Tahap pembuatan / rancang bangun purwarupa TEG sesuai desain
Berdasarkan desain dan perencanaan yang telah dibuat, maka dalam proses rancang bangun lebih mudah karena sudah memiliki desain dengan ukuran yang jelas sesuai dengan kebutuhan di lokasi penelitian. Sehingga alat bantu ini dapat memudahkan dalam proses pengambilan data potensi.
5.         Pengujian perangkat purwarupa pembangkit listrik dalam menghasilkan keluaran
Sebelum dilakukan pengambilan data potensi di lokasi penelitian yakni sumber air panas di Blawan Bondowoso, maka mutlak perlu dilakukan pengujian. Hal ini sebagai bentuk antisipasi dan memastikan alat bantu pengambilan data potensi bekerja dengan benar, sehingga diharapkan data yang diperoleh akurat sesuai yang dikehendaki.
6.         Tahap pengambilan data di lokasi penelitian dan analisa potensi
Setelah tahap-tahap bagian sebelumnya dilakukan dan tidak terdapat kendala yang mengganggu kerja alat bantu pengambilan data, maka berikutnya dapat dilakukan pengambilan data potensi di lokasi penelitian sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Data potensi yang telah diambil kemudian diolah dalam aplikasi Ms. Excel, dan selanjutnya dilakukan analisa mengenai kinerja, karakteristik, serta tren potensi energi yang mampu dihasilkan.


B.        Desain Alat Bantu Pengambilan Data

Gambar 1 merupakan blok diagram sistem  purwarupa TEG sebagai alat bantu untuk pengambilan data potensi, yang didasarkan pada kondisi lokasi penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Desain purwarupa TEG yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3, purwarupa TEG diapungkan diatas bak penampung sumber air panas untuk memaksimalkan penghantran panas ke blok sisi panas modul termoelektrik, dan pada bagian atas terdapat kotak heatsink berisikan air sebagai


Gambar 2. (a) Kondisi lingkungan sumber air panas, (b) Bak penampung

C.Pembangunan Data Potensi Pembangkit

Parameter penting dalam pembangkit listrik berbasis TEC yang memanfaatkan efek seebeck yaitu tegangan, arus, daya keluaran dan efisiensi. Model matematis dari efek seebeck untuk mencari nilai parameter tersebut adalah sebagai berikut [10][11]:
Tegangan keluaran,

V         = tegangan keluaran (Volt)              
α          = koefisien seebeck (V/°C)
           = beda temperatur antara sisi panas dan dingin (Th–Tc) (°C)
Arus keluaran,
I           = arus keluaran (A)
R         = tahanan beban (Ohm)





Gambar 4. Susunan TEC
IV.       HASIL PENELITIAN
A.        Hasil Pengambilan Sample Data Potensi di Blawan
Dari hasil data yang didapat setidaknya cukup memberikan gambaran mengenai tren energi yang dihasilkan pada hari-hari lainnya dengan kondisi yang sama.
Selama 3 hari pengambilan data potensi dilakukan selama 3 hari dari pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Data potensi yang  diperoleh dapat dilihat pada tabel II, III dan IV.
1)         Karakteristik Tegangan terhadap Waktu: Berdasarkan data potensi ketiga hari pada tabel II, III dan IV terdapat tren potensi tegangan yang sama. Saat pagi hari menghasilkan tegangan yang cukup besar, lalu menurun seiring waktu beranjak siang meskipun penurunan tidak terjadi secara linier.


IV.       HASIL PENELITIAN
A.        Hasil Pengambilan Sample Data Potensi di Blawan
Dari hasil data yang didapat setidaknya cukup memberikan gambaran mengenai tren energi yang dihasilkan pada hari-hari lainnya dengan kondisi yang sama.
Selama 3 hari pengambilan data potensi dilakukan selama 3 hari dari pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Data potensi yang  diperoleh dapat dilihat pada tabel II, III dan IV.
1)         Karakteristik Tegangan terhadap Waktu: Berdasarkan data potensi ketiga hari pada tabel II, III dan IV terdapat tren potensi tegangan yang sama. Saat pagi hari menghasilkan tegangan yang cukup besar, lalu menurun seiring waktu beranjak siang meskipun penurunan tidak terjadi secara linier.


Puncak penurunan tegangan (VTEG) terjadi antara pukul  13:00
s.d. 13:30 WIB. Penurunan tersebut merupakan dampak dari meningkatnya suhu lingkungan yang memberi pengaruh pada sistem pendingin di sisi dingin TEC. Namun TEG tidak terus- menerus mengalami penurunan produksi VTEG. Tercatat pada ketiga hari tersebut mengalami tren kenaikan produksi VTEG mulai pukul 14:00 s.d. 15:00 WIB. Adapun besar nilai data dari ketiga hari tersebut tidak terpaut jauh, grafik pada Gambar 5 dapat menunjukkan selisihnya secara visual















Gambar 5. Grafik tegangan VTEG terhadap waktu



Suhu sumber air panas mengalami kenaikan mencapai 49,4 – 49,5 °C ketika pukul 11:30 s.d. 13:30 WIB. Dilihat dari waktu perubahan suhunya, serta lokasi sumber air panas yang berada di tempat terbuka, maka perubahan suhu yang terjadi pada air panas merupakan efek langsung dari perubahan suhu lingkungan yang semakin siang semakin meningkat.
B.        Karakteristik Daya terhadap Waktu: Perbedaan  keluaran daya juga terdapat pada pukul 11:30 dan 12:00 WIB di hari ke-1, ketika pada dua hari lain memiliki daya yang sama yakni 0,48 Watt dan 0,36 Watt. Nilai daya pada Gambar 8 diperoleh dengan mengkalikan Vconv (tegangan setelah konverter) dengan Iconv (arus setelah konverter). Saat pagi hari pukul 9:00 s.d. 9:30 WIB, ketiga hari memiliki daya yang sama sebesar 0,48 Watt. Lalu saat pukul 10:00 WIB data hari ke-2 mencatatkan daya yang berbeda dibanding dua hari yang lain yakni lebih kecil 0,36 Watt. Hal tersebut merupakan dampak langsung dari VTEG yang dihasilkan.
C.        Potensi Penerapan TEG di Sumber Air Panas Blawan
Kajian potensi penerapan TEG diperhitungkan untuk dapat menyuplai sebuah rumah DC dengan kebutuhan daya sebesar 100Watt dengan arus 2,9A. Rumah DC adalah rumah yang memiliki beragam perangkat elektronik dasar yang langsung menggunakan   sumber  DC  (Direct  Current)  sebagai suplai

listriknya. Untuk memudahkan dalam perhitungan kajian potensi penerapan TEG di Blawan, maka dipilih nilai daya tertinggi yang dihasilkan oleh TEG yakni sebesar 0,48Watt dengan arus 0,04A. Hal ini dilakukan dengan alasan karena sample kinerja paling optimal dari TEG dirasa dapat mewakili potensi sesungguhnya yang dapat dihasilkan.
Berdasar pada keluaran purwarupa TEG seperti ditunjukkan Gambar 8, maka dibutuhkan 73 purwarupa TEG seperti pada penelitian yang disusun secara paralel, dengan tujuan untuk mencapai besar arus seperti kebutuhan yakni 2,9A. Sehingga berdasarkan teori perhitungan, diperoleh arus total (Itot) yang dapat disuplai sebesar 2,92A.
Untuk mendapatkan tegangan lebih besar, 73 purwarupa TEG tersebut ditambah sebanyak 3 kalinya kemudian disusun secara seri. Tanpa memperhitungkan rugi-rugi yang terjadi TEG yang diterapkan di sumber air panas Blawan kini dengan keluaran 36V, 2,92A dapat menyuplai daya sebesar 105,12 Watt. Untuk mencapai daya tersebut total modul TEC yang diperlukan adalah 1971 buah.

V.        KESIMPULAN
Setelah melakukan penilitian ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1.         Di Blawan Suhu sumber air panas stabil pada 49,3
°C, walaupun terdapat suhu lingkungan (Tenv) naik antara 28,5 – 31,3 °C berpengaruh terhadap kenaikan suhu sumber air panas  yaitu naik pada kisaran 49,4 – 49,5 °C.
2.         Perbedaan suhu   yang tecatat antara sisi panas (Thot) & sisi dingin (Tcold) pada modul termoelektrik (TEC1-12706) berbanding lurus dengan besar energi yang dihasilkan. Telah terbukti pada contoh data hari ke-3, saat   bernilai 2,7  °C  tegangan  keluaran  TEG  (VTEG)     hanya
3,277V  dan  saat   sebesar  17,4  °C  nilai  VTEG diketahui 
lebih besar yakni 4,014V.
3.         Output tegangan (VTEG) didalam proses pengambilan data berubah dalam rentang tegangan 2,001 – 4,506 V arus keluaran (Iconv) stabil pada 0,03    –

0,04A, hal       ini        merupakan       akibat  dari      9          modul termoelektrik (TEC1-12706) yang disusun secara seri.
4.         Potensi penerapan TEG di sumber air panas Blawan DC 100Watt dengan arus 2,9A, membutuhkan modul termoelektrik cukup banyak yakni sejumlah 1971 buah, disebabkan TEG bekerja hanya sekitar 10% dari suhu operasi optimalnya seperti yang tertera dalam data sheet.
5.         Efesiensi model TEG yang diaplikasikan di daerah Blawan cukup rendah, berkisar 6,62% dan efisiensi terendah yang didapat 0,957%, lebih rendah dari penelitian sebelumnya yang diterapkan di Korea. Sehingga penerapan TEG di sumber air panas Blawan diperhitungkan kurang ekonomis dalam segi investasi pembangunan manufakturnya.

REFERENSI
[1] Administrator. (2013). “Pemakaian Listrik Semester 1/2013, Tumbuh Tinggi Di Sektor Produktif Dan Rendah Di Kelompok Konsumtif”. Dari sumber https://www.esdm.go.id. Diakses pada 17 februari 2015.
[2]  Challoner, Jack. (2000). “Jendela Iptek Seri 5: Energi”. Jakarta: PT  Balai Pustaka.

[3] Komunitas  Dian  Aksara.  (2007).  “Energi  Alternatif”.  Bogor: Yudhistira Ghalia Indonesia.
[4]  The World Bank Washington, D.C. (1994). “Indonesia: Environment  and Development”. U.S.A.: World Bank Publications. Hal. XXIX.
[5] Gutierrez, F dan Mendez, F. (2008). “Generation Minimization of a Thermoelectric Cooler”. The Open Thermoelectric Journal Vol.2.
[6] Sukur, Edi. (2004). “Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Energi Alternatif”. Dari sumber http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi- artikel. Diakses pada 19 februari 2015.
[7] Dewo, E. Setio. (2003). “Teknologi Pendingin Prosesor”. Dari sumber https://ilmukomputer.com. Diakses pada 19 februari 2015.
[8] John, Stephen T. (2014). “High  Efficient  Seebeck  Thermoelectric  Device for Power System Design and Efficiency Calculation:  A  Review   of  Potential  Househod           Appliances”.  India:  Sathyabama University. International Journal of Computer Applications (0975-8887) Volume 97-No.18.
[9] Dr. O’Halloran, Steven dan Mr. Rodrigues, Matthew. (2012). “Power  and Efficiency Measurement in a Thermoelectric Generator”. Oregon: University of Portland. American Society for Engineering Education.
[10] José Rui Camargo and Maria Claudia Costa de Oliveira (2011). “Principles of Direct Thermoelectric Conversion, Heat Analysis and Thermodynamic Effects”. Dr. Amimul Ahsan (Ed.), ISBN: 978-953- 307-585-3, InTech.
[11] Baatar, Nyambayar dan Kim, Shiho. (2011). “A Thermoelectric Generator Replacing Radiator for Internal Combustion Engine Vehicles”. Korea: Chungbuk National University dan Yonsei University Songdo.

[12] Khalily Jamaluddin dkk,. (2013). “Pemanfaatan Potensi Sumber Air Panas Di Blawan Bondowoso Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berbasis Tec (Thermoelectric Cooler)”. Indonesia: Universitas Jember.




Minggu, 16 April 2017

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER AIR PANAS

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER AIR PANAS DI BLAWAN BONDOWOSO SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF BERBASIS TEC (THERMOELECTRIC COOLER)

Dwi Hardjo Apriyanto

Universitas Gunadarma

Abstrak


Potensi energi di Indonesia besar, salah satunya adalah potensi energi yang terbarukan yaitu energi geotermal yang berupa sumber air panas. Banyak daerah di Indonesia yang mempunyai potensi sumber air panas yang bagus, salah satu daerah di Indonesia yang memiliki pemanfaatan sumber air panas yang kemudian bisa diubah menjadi pembangkit listrik berada di daerah Blawan Bondowoso. Penelitian ini, TEC digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas / TEG (thermoelectric generator)  yang memanfaatkan efek dari Seebeck. Dalam penelitian ini menggunakan 9 buah TEC berdimensi 4x4cm dengan terangkai seri, bahan berupa Bi2Te3 (Bismuth telluride) sebagai alat bantu dalam pengambilan data. Blawan memiliki Sumber air panas dengan temperature  45-49,5
°C. Pengambilan data dilaksanakan dalam waktu 3 hari yaitu. VTEG tertinggi didapatkan pada hari ke-2 yaitu sebesar 4,506 V pada pukul 9:00 WIB dan VTEG terendah yang didapatkan terdapat pada hari ke-1 sebesar 2,001 V pada pukul 13:30 WIB. Besar arus berbeda-beda pada angka 0,04 A dan 0,03 A, namun rata-rata stabil pada 0,03A. Pada tiga hari penelitian daya tertinggi yang didapatkan sebesar 0,48 Watt, dan daya terendah yaitu sebesar 0,07962 Watt.

Kata Kunci — TEC, TEG, efek seebeck.

I.          PENDAHULUAN
Seiiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan akan energi listrik di dunia semakin meningkat pada masa sekarang ini, kebutuhan akan energy listrik ini juga dirasakan oleh Negara kita Indonesia. Konsumsi energy listrik yang meningkat disebabkan karena semakin banyaknya perangkat elektronik yang dalam pengopersaiannya menggunakan listrik untuk suplai dayanya, perangkat elektronik yang digunakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, serta konsumsi listrik pada segmen industri yang juga turut meningkat sekitar dua kali dari pertumbuhan jumlah pelanggannya, menunjukkan bahwa Indonesia mulai menjadi tempat yang bagus untuk bertumbuhnya industri skala besar. Peningkatan kebutuhan listrik ini belum diimbangi dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang ada, sehingga kondisi pemadaman listrik tidak jarang ditemui terjadi di kawasan pemukiman setempat[1].
Wilayah indonesia yang secara geografis dikelilingi banyak gunung berapi dan lapisan batuan bumi yang bervariatif jenisnya, memiliki potensi geotermal yang banyak tersebar. Selain pemanfaatan geotermal secara langsung untuk pembangkit listrik, panas yang dihasilkan dari dalam bumi juga dapat menciptakan sumber air panas yang merupakan hasil proses pemanasan air dalam tanah secara geotermal akibat terbentuknya celah di dalam lapisan batuan bumi.
Panas dan temperatur yang dihasilkan tergantung dari kedalaman sumber geotermal ini [2][3]. Sumber air panas dapat terjadi akibat pemanasan air dalam tanah karena aktivitas vulkanik di suatu gunung berapi yang aktif. Melihat potensi energi panas yang dimiliki oleh sumber air panas yakni sifatnya yang termasuk energi terbarukan, dan keberadaan sumber air panas yang tidak sedikit di Indonesia.


Dalam Penelitian ini, yang akan dibahas berjudul Pemanfaatan Potensi Sumber Air Panas di Blawan Bondowoso Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berbasis TEC [3][4]. Pada penelitian ini, TEC digunakan sebagai  pembangkit listrik tenaga panas / thermoelectric generator (TEG). Dengan memanfaatkan potensi energi yang dimiliki oleh sumber air panas di daerah Blawan Bondowoso, lebih lanjut dengan mempertimbangkan hasil survei di lapangan, bukan tidak mungkin pembangkit listrik tenaga air panas akan dapat menjadi alternatif energi terbarukan yang baru [5][6]. Ketika terjadi perbedaan panas yang signifikan di antara kedua sisinya, perbedaan tegangan akan tercipta di antara kedua sisi komponen ini. Penggunaan TEC sebagai pembangkit energi alternatif akan lebih ekonomis dari segi investasi awal dibandingkan dengan pembangkit lain seperti halnya panel surya.


II.        METODE PENELITIAN

 Tahapan Penelitian
Demi mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, dalam penelitian yang akan dilakukan terdapat serangkaian tahap yang harus dilewati. Tahap-tahap dalam penelitian ini:
1.         Tahap studi literatur
Pada tahap ini membantu dalam mendapatkan referensi penelitian dengan topik pembahasan yang sama, sebagai acuan untuk penelitian yang hendak dilakukan, serta tolak ukur validitas hasil penelitian yang diperoleh nantinya.
2.         Tahap survei kondisi lokasi penelitian
Survei memiliki peran pada penentuan wilayah cakupan penelitian serta batasan hal-hal yang masuk dalam penelitian. Hasil survei juga dapat menjadi bekal untuk menyiapkan antisipasi kebutuhan penelitian bilamana dimungkinkan terjadi gangguan (error) saat dilakukan pengambilan data di lokasi penelitian.
3.         Tahap desain & perencanaan komponen purwarupa pembangkit listrik tenaga air panas yang berbasis Thermoelectric Cooler (TEC)
Tahap desain dan perencanaan purwarupa ini ditujukan sebagai alat bantu pengambilan data potensi yang disesuaikan dengan kondisi di lokasi penelitian. Sebab dengan menggunakan komponen termoelektrik sebenarnya di lokasi penelitian diharapkan data yang diperoleh lebih akurat sesuai kondisi di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air Panas atau TEG.
4.         Tahap pembuatan / rancang bangun purwarupa TEG sesuai desain
Berdasarkan desain dan perencanaan yang telah dibuat, maka dalam proses rancang bangun lebih mudah karena sudah memiliki desain dengan ukuran yang jelas sesuai dengan kebutuhan di lokasi penelitian. Sehingga alat bantu ini dapat memudahkan dalam proses pengambilan data potensi.
5.         Pengujian perangkat purwarupa pembangkit listrik dalam menghasilkan keluaran
Sebelum dilakukan pengambilan data potensi di lokasi penelitian yakni sumber air panas di Blawan Bondowoso, maka mutlak perlu dilakukan pengujian. Hal ini sebagai bentuk antisipasi dan memastikan alat bantu pengambilan data potensi bekerja dengan benar, sehingga diharapkan data yang diperoleh akurat sesuai yang dikehendaki.
6.         Tahap pengambilan data di lokasi penelitian dan analisa potensi
Setelah tahap-tahap bagian sebelumnya dilakukan dan tidak terdapat kendala yang mengganggu kerja alat bantu pengambilan data, maka berikutnya dapat dilakukan pengambilan data potensi di lokasi penelitian sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Data potensi yang telah diambil kemudian diolah dalam aplikasi Ms. Excel, dan selanjutnya dilakukan analisa mengenai kinerja, karakteristik, serta tren potensi energi yang mampu dihasilkan.


B.        Desain Alat Bantu Pengambilan Data

Gambar 1 merupakan blok diagram sistem  purwarupa TEG sebagai alat bantu untuk pengambilan data potensi, yang didasarkan pada kondisi lokasi penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Desain purwarupa TEG yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3, purwarupa TEG diapungkan diatas bak penampung sumber air panas untuk memaksimalkan penghantran panas ke blok sisi panas modul termoelektrik, dan pada bagian atas terdapat kotak heatsink berisikan air sebagai


Gambar 2. (a) Kondisi lingkungan sumber air panas, (b) Bak penampung

C.Pembangunan Data Potensi Pembangkit

Parameter penting dalam pembangkit listrik berbasis TEC yang memanfaatkan efek seebeck yaitu tegangan, arus, daya keluaran dan efisiensi. Model matematis dari efek seebeck untuk mencari nilai parameter tersebut adalah sebagai berikut [10][11]:
Tegangan keluaran,

V         = tegangan keluaran (Volt)              
α          = koefisien seebeck (V/°C)
           = beda temperatur antara sisi panas dan dingin (Th–Tc) (°C)
Arus keluaran,
I           = arus keluaran (A)
R         = tahanan beban (Ohm)





Gambar 4. Susunan TEC
IV.       HASIL PENELITIAN
A.        Hasil Pengambilan Sample Data Potensi di Blawan
Dari hasil data yang didapat setidaknya cukup memberikan gambaran mengenai tren energi yang dihasilkan pada hari-hari lainnya dengan kondisi yang sama.
Selama 3 hari pengambilan data potensi dilakukan selama 3 hari dari pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Data potensi yang  diperoleh dapat dilihat pada tabel II, III dan IV.
1)         Karakteristik Tegangan terhadap Waktu: Berdasarkan data potensi ketiga hari pada tabel II, III dan IV terdapat tren potensi tegangan yang sama. Saat pagi hari menghasilkan tegangan yang cukup besar, lalu menurun seiring waktu beranjak siang meskipun penurunan tidak terjadi secara linier.


IV.       HASIL PENELITIAN
A.        Hasil Pengambilan Sample Data Potensi di Blawan
Dari hasil data yang didapat setidaknya cukup memberikan gambaran mengenai tren energi yang dihasilkan pada hari-hari lainnya dengan kondisi yang sama.
Selama 3 hari pengambilan data potensi dilakukan selama 3 hari dari pukul 09:00 s.d. 15:00 WIB. Data potensi yang  diperoleh dapat dilihat pada tabel II, III dan IV.
1)         Karakteristik Tegangan terhadap Waktu: Berdasarkan data potensi ketiga hari pada tabel II, III dan IV terdapat tren potensi tegangan yang sama. Saat pagi hari menghasilkan tegangan yang cukup besar, lalu menurun seiring waktu beranjak siang meskipun penurunan tidak terjadi secara linier.


Puncak penurunan tegangan (VTEG) terjadi antara pukul  13:00
s.d. 13:30 WIB. Penurunan tersebut merupakan dampak dari meningkatnya suhu lingkungan yang memberi pengaruh pada sistem pendingin di sisi dingin TEC. Namun TEG tidak terus- menerus mengalami penurunan produksi VTEG. Tercatat pada ketiga hari tersebut mengalami tren kenaikan produksi VTEG mulai pukul 14:00 s.d. 15:00 WIB. Adapun besar nilai data dari ketiga hari tersebut tidak terpaut jauh, grafik pada Gambar 5 dapat menunjukkan selisihnya secara visual















Gambar 5. Grafik tegangan VTEG terhadap waktu



Suhu sumber air panas mengalami kenaikan mencapai 49,4 – 49,5 °C ketika pukul 11:30 s.d. 13:30 WIB. Dilihat dari waktu perubahan suhunya, serta lokasi sumber air panas yang berada di tempat terbuka, maka perubahan suhu yang terjadi pada air panas merupakan efek langsung dari perubahan suhu lingkungan yang semakin siang semakin meningkat.
B.        Karakteristik Daya terhadap Waktu: Perbedaan  keluaran daya juga terdapat pada pukul 11:30 dan 12:00 WIB di hari ke-1, ketika pada dua hari lain memiliki daya yang sama yakni 0,48 Watt dan 0,36 Watt. Nilai daya pada Gambar 8 diperoleh dengan mengkalikan Vconv (tegangan setelah konverter) dengan Iconv (arus setelah konverter). Saat pagi hari pukul 9:00 s.d. 9:30 WIB, ketiga hari memiliki daya yang sama sebesar 0,48 Watt. Lalu saat pukul 10:00 WIB data hari ke-2 mencatatkan daya yang berbeda dibanding dua hari yang lain yakni lebih kecil 0,36 Watt. Hal tersebut merupakan dampak langsung dari VTEG yang dihasilkan.
C.        Potensi Penerapan TEG di Sumber Air Panas Blawan
Kajian potensi penerapan TEG diperhitungkan untuk dapat menyuplai sebuah rumah DC dengan kebutuhan daya sebesar 100Watt dengan arus 2,9A. Rumah DC adalah rumah yang memiliki beragam perangkat elektronik dasar yang langsung menggunakan   sumber  DC  (Direct  Current)  sebagai suplai

listriknya. Untuk memudahkan dalam perhitungan kajian potensi penerapan TEG di Blawan, maka dipilih nilai daya tertinggi yang dihasilkan oleh TEG yakni sebesar 0,48Watt dengan arus 0,04A. Hal ini dilakukan dengan alasan karena sample kinerja paling optimal dari TEG dirasa dapat mewakili potensi sesungguhnya yang dapat dihasilkan.
Berdasar pada keluaran purwarupa TEG seperti ditunjukkan Gambar 8, maka dibutuhkan 73 purwarupa TEG seperti pada penelitian yang disusun secara paralel, dengan tujuan untuk mencapai besar arus seperti kebutuhan yakni 2,9A. Sehingga berdasarkan teori perhitungan, diperoleh arus total (Itot) yang dapat disuplai sebesar 2,92A.
Untuk mendapatkan tegangan lebih besar, 73 purwarupa TEG tersebut ditambah sebanyak 3 kalinya kemudian disusun secara seri. Tanpa memperhitungkan rugi-rugi yang terjadi TEG yang diterapkan di sumber air panas Blawan kini dengan keluaran 36V, 2,92A dapat menyuplai daya sebesar 105,12 Watt. Untuk mencapai daya tersebut total modul TEC yang diperlukan adalah 1971 buah.

V.        KESIMPULAN
Setelah melakukan penilitian ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1.         Di Blawan Suhu sumber air panas stabil pada 49,3
°C, walaupun terdapat suhu lingkungan (Tenv) naik antara 28,5 – 31,3 °C berpengaruh terhadap kenaikan suhu sumber air panas  yaitu naik pada kisaran 49,4 – 49,5 °C.
2.         Perbedaan suhu   yang tecatat antara sisi panas (Thot) & sisi dingin (Tcold) pada modul termoelektrik (TEC1-12706) berbanding lurus dengan besar energi yang dihasilkan. Telah terbukti pada contoh data hari ke-3, saat   bernilai 2,7  °C  tegangan  keluaran  TEG  (VTEG)     hanya
3,277V  dan  saat   sebesar  17,4  °C  nilai  VTEG diketahui 
lebih besar yakni 4,014V.
3.         Output tegangan (VTEG) didalam proses pengambilan data berubah dalam rentang tegangan 2,001 – 4,506 V arus keluaran (Iconv) stabil pada 0,03    –

0,04A, hal       ini        merupakan       akibat  dari      9          modul termoelektrik (TEC1-12706) yang disusun secara seri.
4.         Potensi penerapan TEG di sumber air panas Blawan DC 100Watt dengan arus 2,9A, membutuhkan modul termoelektrik cukup banyak yakni sejumlah 1971 buah, disebabkan TEG bekerja hanya sekitar 10% dari suhu operasi optimalnya seperti yang tertera dalam data sheet.
5.         Efesiensi model TEG yang diaplikasikan di daerah Blawan cukup rendah, berkisar 6,62% dan efisiensi terendah yang didapat 0,957%, lebih rendah dari penelitian sebelumnya yang diterapkan di Korea. Sehingga penerapan TEG di sumber air panas Blawan diperhitungkan kurang ekonomis dalam segi investasi pembangunan manufakturnya.

REFERENSI
[1] Administrator. (2013). “Pemakaian Listrik Semester 1/2013, Tumbuh Tinggi Di Sektor Produktif Dan Rendah Di Kelompok Konsumtif”. Dari sumber https://www.esdm.go.id. Diakses pada 17 februari 2015.
[2]  Challoner, Jack. (2000). “Jendela Iptek Seri 5: Energi”. Jakarta: PT  Balai Pustaka.

[3] Komunitas  Dian  Aksara.  (2007).  “Energi  Alternatif”.  Bogor: Yudhistira Ghalia Indonesia.
[4]  The World Bank Washington, D.C. (1994). “Indonesia: Environment  and Development”. U.S.A.: World Bank Publications. Hal. XXIX.
[5] Gutierrez, F dan Mendez, F. (2008). “Generation Minimization of a Thermoelectric Cooler”. The Open Thermoelectric Journal Vol.2.
[6] Sukur, Edi. (2004). “Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Energi Alternatif”. Dari sumber http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi- artikel. Diakses pada 19 februari 2015.
[7] Dewo, E. Setio. (2003). “Teknologi Pendingin Prosesor”. Dari sumber https://ilmukomputer.com. Diakses pada 19 februari 2015.
[8] John, Stephen T. (2014). “High  Efficient  Seebeck  Thermoelectric  Device for Power System Design and Efficiency Calculation:  A  Review   of  Potential  Househod           Appliances”.  India:  Sathyabama University. International Journal of Computer Applications (0975-8887) Volume 97-No.18.
[9] Dr. O’Halloran, Steven dan Mr. Rodrigues, Matthew. (2012). “Power  and Efficiency Measurement in a Thermoelectric Generator”. Oregon: University of Portland. American Society for Engineering Education.
[10] José Rui Camargo and Maria Claudia Costa de Oliveira (2011). “Principles of Direct Thermoelectric Conversion, Heat Analysis and Thermodynamic Effects”. Dr. Amimul Ahsan (Ed.), ISBN: 978-953- 307-585-3, InTech.
[11] Baatar, Nyambayar dan Kim, Shiho. (2011). “A Thermoelectric Generator Replacing Radiator for Internal Combustion Engine Vehicles”. Korea: Chungbuk National University dan Yonsei University Songdo.

[12] Khalily Jamaluddin dkk,. (2013). “Pemanfaatan Potensi Sumber Air Panas Di Blawan Bondowoso Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berbasis Tec (Thermoelectric Cooler)”. Indonesia: Universitas Jember.




Sabtu, 24 Desember 2016

Prosesor Paralel

Paralel Prosesor adalah suatu prosesor dimana pelaksanaan instruksinya secara bersamaan waktunya.
Sehingga menyebabkan pelaksanaan suatu kejadian :

1. Dlam interval waktu yang sama
2. Dalam dalam waktu yang bersamaan
3. Dalam waktu yang saling tumpang tindih

Pemrosesan paralel (parallel processing) adalah penggunaaan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Idealnya, parallel processing membuat program berjalan lebih cepat karena semakin banyak CPU yang digunakan. Tetapi dalam praktek, seringkali sulit membagi program sehingga dapat dieksekusi oleh CPU yang berbea-beda tanpa berkaitan di antaranya.

Komputasi paralel adalah salah satu teknik melakukan komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer secara bersamaan. Biasanya diperlukan saat kapasitas yang diperlukan sangat besar, baik karena harus mengolah data dalam jumlah besar ataupun karena tuntutan proses komputasi yang banyak. Untuk melakukan aneka jenis komputasi paralel ini diperlukan infrastruktur mesin paralel yang terdiri dari banyak komputer yang dihubungkan dengan jaringan dan mampu bekerja secara paralel untuk menyelesaikan satu masalah. Untuk itu diperlukan aneka perangkat lunak pendukung yang biasa disebut sebagai middleware yang berperan untuk mengatur distribusi pekerjaan antar node dalam satu mesin paralel. Selanjutnya pemakai harus membuat pemrograman paralel untuk merealisasikan komputasi.

Pemrograman paralel adalah teknik pemrograman komputer yang memungkinkan eksekusi perintah/operasi secara bersamaan baik dalam komputer dengan satu (prosesor tunggal) ataupun banyak (prosesor ganda dengan mesin paralel) CPU. Tujuan utama dari pemrograman paralel adalah untuk meningkatkan performa komputasi. Semakin banyak hal yang bisa dilakukan secara bersamaan (dalam waktu yang sama), semakin banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan. Komputasi paralel membutuhkan:
1. algoritma
2. bahasa pemrograman
3. compiler
   
Sebagaian besar komputer hanya mempunyai satu CPU, namun ada yang mempunyai lebih dari satu. Bahkan juga ada komputer dengan ribuan CPU. Komputer dengan satu CPU dapat melakukan parallel processing dengan menghubungkannya dengan komputer lain pada jaringan. Namun, parallel processing ini memerlukan software canggih yang disebut distributed processing software. Parallel processing berbeda dengan multitasking, yaitu satu CPU mengeksekusi beberapa program sekaligus. Parallel processing disebut juga parallel computing.


  •  Jaringan Interkoneksi

Ada 5 komponen, yaitu:
 
1. CPU
2. Memori
3. Interface : peralatan yang yangnmembawa pesanmasuk dan keluar dari CPU danMemori
4. Penghubung : saluran fisik yang dilalui bit-bituntuk berpindah tempat
5. Switch : peralatan yang memiliki banyak portinput dan port output

Komunikasi diantara terminal-terminal yang berbeda harus dapat dilakukan dengan suatu media tertentu. Interkoneksi yang efektif antara prosesor dan modul memorisangat penting dalam lingkungan komputer. Menggunakan arsitektur bertopologi  busbukan merupakan solusi yang praktis karena bus hanya sebuah pilihan yang baik ketika digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen dengan jumlah yang sedikit. Jumlah komponen dalam sebuah modul IC bertambah seiring waktu. Oleh karena itu, topologi  bus bukan topologi yang cocok untuk kebutuhan interkoneksi komponenkomponen di dalam modul IC. Selain itu juga tidak dapat diskalakan, diuji, dan kurang dapat disesuaikan, serta menghasilkan kinerja toleransi kesalahan yang kecil. Di sisi lain, sebuah  crossbar menyediakan interkoneksi penuh diantara semua terminal dari  suatu  sistem  tetapi  dianggap sangat kompleks, mahal untuk membuatnya, dan sulit untuk dikendalikan. Untuk alasan ini jaringan interkoneksi merupakan solusi media komunikasi yang baik untuk sistem komputer dan telekomunikasi. Jaringan ini membatasi jalur-jalur diantara terminal komunikasi yang berbeda untuk mengurangi kerumitan dalam menyusun elemen switching .

  • Mesin SIMD & Mesin MMID
Mesin SIMD
Pada komputer SIMD terdapat lebih dari satu elemen pemrosesan yang dikendalikan oleh sebuah unit pengendali yang sama. Seluruh elemen pemrosesan menerima dan menjalankan instruksi yang sama yang dikirimkan unit pengendali, namun melakukan operasi terhadap himpunan data yang berbeda yang berasal dari aliran data yang berbeda pula.
Contoh aplikasi yang dapat mengambil keuntungan dari SIMD adalah aplikasi yang memiliki nilai yang sama yang ditambahkan ke banyak titik data (data point), yang umum terjadi dalam aplikasi multimedia. Salah satu contoh operasinya adalah mengubah brightness dari sebuah gambar. Setiap  dari sebuah gambar 24-bit berisi tiga buah nilai berukuran 8-bit brightness dari porsi warna merah (red), hijau (green), dan biru (blue). Untuk melakukan perubahan brightness, nilai R, G, dan B akan dibaca dari memori, dan sebuah nilai baru ditambahkan (atau dikurangkan) terhadap nilai-nilai R, G, B tersebut dan nilai akhirnya akan dikembalikan (ditulis kembali) ke memori.

Prosesor yang memiliki SIMD menawarkan dua keunggulan, yakni:
Data langsung dapat dipahami dalam bentuk blok data, dibandingkan dengan beberapa data yang terpisah secara sendiri-sendiri. Dengan menggunakan blok data, prosesor dapat memuat data secara keseluruhan pada waktu yang sama. Daripada melakukan beberapa instruksi "ambil pixel ini, lalu ambil pixel itu, dst", sebuah prosesor SIMD akan melakukannya dalam sebuah instruksi saja, yaitu "ambil semua pixel itu!" (istilah "semua" adalah nilai yang berbeda dari satu desain ke desain lainnya). Jelas, hal ini dapat mengurangi banyak waktu pemrosesan (akibat instruksi yang dikeluarkan hanya satu untuk sekumpulan data), jika dibandingkan dengan desain prosesor tradisional yang tidak memiliki SIMD (yang memberikan satu instruksi untuk satu data saja). Sistem SIMD umumnya hanya mencakup instruksi-instruksi yang dapat diaplikasikan terhadap semua data dalam satu operasi. Dengan kata lain, sistem SIMD dapat bekerja dengan memuat beberapa titik data secara sekaligus, dan melakukan operasi terhadap titik data secara sekaligus.

Mesin MMID
MIMD adalah sebuah singkatan dari, "Multiple Instruction Stream-Multiple Data Stream" yaitu sebuah komputer yang memiliki beberapa prosesor yang bersifat otonomus yang mampu melakukan instruksi yang berbeda pada data yang berbeda. Sistem terdistribusi umumnya dikenal sebagai MIMD, entah itu menggunakan satu ruangan memori secara bersama-sama atau sebuah ruangan memori yang terdistribusi. Pada sistem komputer MIMD murni terdapat interaksi di antara pemrosesan. Hal ini disebabkan seluruh aliran dari dan ke memori berasal dari space data yang sama bagi semua pemroses. Komputer MIMD bersifat tightly coupled jika tingkat interaksi antara pemroses tinggi dan disebut loosely coupled jika tingkat interaksi antara pemroses rendah.

  • Arsitektur Pengganti
Dalam bidang teknik computer, arsitektur pengganti merupakan konsep perencanaan atau struktur pengoperasian dasar dalam computer atau bisa dikatakan rencana cetak biru dari deskripsi fungsional kebutuhan dari perangkat keras yang didesain, implementasi perencanaan dari masing-masing bagian seperti CPU, RAM, ROM, Memory Cache, dll.

Sumber:

Pipelining & RISC (Reduced Instruction Set Computer)


  • Pipelining

Pipelining yaitu suatu cara yang digunakan untuk melakukan sejumlah kerja secara bersama tetapi dalam tahap yang berbeda yang dialirkan secara kontinu pada unit pemrosesan. Dengan cara ini, maka unit pemrosesan selalu bekerja. Teknik pipeline ini dapat diterapkan pada berbagai tingkatan dalam sistemkomputer. Bisa pada level yang tinggi, misalnya program aplikasi, sampai pada tingkat yang rendah, seperti pada instruksi yang dijalankan oleh microprocessor.
Struktur lain yang menggunakan penyelesaian deteksi atau selain penundaan yang tepat dari pengaturan waktu pusat tetapi karena masalah waktu yang Syncronization, Pipelines memaksakan sebuah penurunan kinerja. Misalnya counterflow pipeline prosesor yang dirancang sekitar dua arah, pipa membawa petunjuk dan argumen dalam satu arah dan hasil yang lainnya b ini dapat menyebabkan Syncronization masalah antara prosesor.
Pipeline yang berputar menghindari masalah yang hanya melewati data dalam satu arah. Pada prinsipnya, prosesor dari register terus beredar di sekitar cincin yang berhubungan dengan berbagai fungsi ALU, akses memori dan sebagainya .ada tiap tahap, nilai-nilai yang memeriksa dan disampaikan, kemungkinan setelah perubahan, tidak signifikan dengan pengeluaran tambahan untuk sinkronisasi. Dispatched adalah instruksi dari pusat ke fungsi unit yang memungkinkan beberapa masalah instruksi .
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQeDri4BLKUk6_yRziWTQ48vkLL278uVfdbjICpbVqpsl7qRFyDEw
Gambar. Pipelined




  • Tahapan Pipeline 

1. Mengambil instruksi dan membuffferkannya
2. Ketika tahapan kedua bebas tahapan pertama mengirimkan instruksi yang dibufferkan tersebut.
3. Pada saat tahapan kedua sedang mengeksekusi instruksi, tahapan pertama memanfaatkan siklus memori yang tidak dipakai untuk mengambil dan membuffferkan instruksi berikutnya .

  • Instruksi Pipeline

Karena untuk setiap tahap pengerjaan instruksi, komponen yang bekerja berbeda, maka dimungkinkan untuk mengisi kekosongan kerja di komponen tersebut.Sebagai contoh :
Instruksi 1: ADD  AX, AX
Instruksi 2: ADD EX, CX
Setelah CU menjemput instruksi 1 dari memori (IF), CU akan menerjemahkan instruksi tersebut(ID). Pada menerjemahkan instruksi  1 tersebut, komponen IF tidak bekerja. Adanya teknologi pipeline menyebabkan IF akan menjemput instruksi 2 pada saat ID menerjemahkan instruksi 1. Demikian seterusnya pada saat CU menjalankan instruksi 1 (EX), instruksi 2 diterjemahkan (ID).

  • Keuntungan Pipeline

- Waktu siklus prosesor berkurang, sehingga meningkatkan tingkat instruksi dalam kebanyakan  kasus( lebih cepat selesai).

- Beberapa combinational sirkuit seperti penambah atau pengganda dapat dibuat lebih cepat dengan menambahkan lebih banyak sirkuit. Jika pipelining digunakan sebagai pengganti, hal itu dapat menghemat sirkuit & combinational yang lebih kompleks.

- Pemrosesan dapat dilakukan lebih cepat, dikarenakan beberapa proses dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.


  • Kerugian Pipeline

1. Pipelined prosesor menjalankan beberapa instruksi pada satu waktu. Jika ada beberapa cabang yang mengalami penundaan cabang (penundaan memproses data) dan akibatnya proses yang dilakukan cenderung lebih lama.

2. Instruksi latency di non-pipelined prosesor sedikit lebih rendah daripada dalam pipelined setara. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa intruksi ekstra harus ditambahkan ke jalur data dari prosesor pipeline.

3. Kinerja prosesor di pipeline jauh lebih sulit untuk meramalkan dan dapat bervariasi lebih luas di antara program yang berbeda.

4. Karena beberapa instruksi diproses secara bersamaan ada kemungkinan instruksi tersebut sama-sama memerlukan resource yang sama, sehingga diperlukan adanya pengaturan yang tepat agar proses tetap berjalan dengan benar.

5. Sedangkan ketergantungan terhadap data, bisa muncul, misalnya instruksi yang berurutan memerlukan data dari instruksi yang sebelumnya.

6. Kasus Jump, juga perlu perhatian, karena ketika sebuah instruksi meminta untuk melompat ke suatu lokasi memori tertentu, akan terjadi perubahan program counter, sedangkan instruksi yang sedang berada dalam salah satu tahap proses yang berikutnya mungkin tidak mengharapkan terjadinya perubahan program counter.


  • RISC (Reduced Instruction Set Computer)

Pada tahun 1980, John Cocke di IBM menghasilkan minikomputer eksperimental, yaitu IBM 801 dengan prosesor komersial pertama yang menggunakan RISC. Pada tahun itu juga, Kelompok Barkeley yang dipimpin David Patterson mulai meneliti rancangan RISC dengan menghasilkan RISC-1 dan RISC-2.
RISC merupakan komputasi kumpulan instruksi yang disederhanakan. RISC merupakan sebuah arsitektur komputer atau arsitektur komputasi modern dengan instruksi-instruksi dan jenis eksekusi yang paling sederhana. Arsitektur ini digunakan pada komputer dengan kinerja tinggi, seperti komputer vektor. Selain digunakan dalam komputer vektor, desain ini juga diimplementasikan pada prosesor komputer lain, seperti pada beberapa mikroprosesor Intel 960, Itanium (IA64) dari Intel Corporation, Alpha AXP dari DEC, R4x00dari MIPS Corporation, PowerPC dan Arsitektur POWER dari International Business Machine.Selain itu, RISC juga umum dipakai pada Advanced RISC Machine (ARM) dan StrongARM (termasuk di antaranya adalah Intel XScale), SPARC dan UltraSPARC dari Sun Microsystems, serta PA-RISC dari Hewlett-Packard.

Ada beberapa elemen penting dalam arsitektur RISC, yaitu :
-  Set instruksi yang terbatas dan sederhana
-  Register general-purpose yang berjumlah banyak, atau pengguanaan teknologi kompiler untuk mengoptimalkan pemakaian regsiternya.
-  Penekanan pada pengoptimalan pipeline instruksi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6PxHD-tD3KuyGMD6mY_Qxqkfpef-au2UpZqhr2tiuevoNXKHdUR4GRjdLFDXnCQEDb5nWPGiBNvoZOWKDGb-u-dU8RcHt1YtZsNVOes0wukAk70hfMwX4QmAZ-ejr7yuC_wS2OcTAQc/s1600/RISC+vs+CISC.jpg

Gambar. RISC 

  • Ciri-ciri Karakteristik RISC 


-  Instruksi berukuran tunggal.
-  Ukuran yang umum adalah 4 byte.
-  Jumlah mode pengalamatan data yang sedikit, biasanya kurang dari lima buah.
-  Tidak terdapat pengalamatan tak langsung.
-  Tidak terdapat operasi yang menggabungkan operasi load/store dengan operasi aritmatika .



Sumber:
http://www.digitalinternals.com/hardware/how-pipelining-improves-cpu-performance/113/
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/390/jbptunikompp-gdl-sindrianil-19458-10-9-pipeli-g.pdf
http://iranwaysqorni.blogspot.co.id/2015/01/penjelasan-risc-dan-pipelining-risc.html